Pengertian proxy war adalah perang terselubung di mana
salah satu pihak menggunakan orang lain atau pihak ketiga untuk melawan musuh.
Dengan kata lain, proxy war artinya perang tidak tampak menggunakan cara-cara
halus untuk menghancurkan dan mengalahkan lawan menggunakan pihak ketiga.
Contohnya
begini : Amerika Serikat secara terselubung melalui sebuah konspirasi dan
desain besar menyatakan perang kepada Indonesia. Namun, hal itu dirahasiakan
dan tidak dinyatakan secara terbuka. Mereka memilih untuk perang dengan cara
proxy menggunakan “orang lain”.
Orang lain
(pihak ketiga) yang dimaksud, bisa berupa negara lainnya, seperti Singapura,
Malaysia, Australia, dan sebagainya. Selain negara, pihak ketiga bisa jadi
sebuah organisasi (NGO), pergerakan, partai dan lain sebagainya.
Contoh dari
pihak ketiga selain negara, seperti ISIS, organisasi terorisme atas Mujahidin
dan sebagainya. Mereka kemudian bergerilya atas nama jihad atau agama, padahal
mereka dibiayai Amerika.
Akibatnya,
Indonesia dijajah secara tak kasat mata yang berujung pada kerusuhan, bentrok,
ketidakamanan, bahkan sampai pada penjajahan sumber daya alam (SDA) berupa
penguasaan tambang emas, gas, minyak mentah, kelapa sawit, dan masih banyak
lagi lainnya.
Meski tidak
dijajah secara fisik-nyata, tetapi Amerika atau Asing berhasil menjajah bangsa
dan negara Indonesia melalui proxy war. Dalam khasanah kosakata bahasa Jawa,
istilah perang proxy artinya “nabok nyilih tangan.”
Kemudian,
Universitas Indonesia pada 10 Maret 2014 menyebutkan beberapa bentuk kondisi
jika Indonesia telah menjadi bahan proxy war:
1. Menjadikan
Indonesia menjadi pasar produk pihak asing
2. Menghambat
perkembangan SDM dan teknologi Indonesia agar kalah saing di mata global
3. Pihak
asing melakukan investasi besar-besaran di Indonesia
4. Menciptakan
kelompok teroris di Indonesia
5. Memecah
belah pemuda Indonesia dengan budaya konsumtif
Ini
Cara Personel TNI Antisipasi Ancaman Proxy War.
Panglima TNI Jenderal TNI Gatot Nurmantyo memeriksa ribuan
personel TNI saat upacara serah terima Alih Kodal Pasukan Pemukul Reaksi Cepat
(PPRC) TNI di Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta, Kamis (3/3).
Dalam
menghadapi ancaman proxy war yang
dapat mengganggu keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), perlu ada
sosialisasi dan pemberian pemahaman tentang pembangunan ketahanan wilayah. Hal
inilah yang dilakukan Pangkalan TNI AL (Lanal) Banten, yang berada di bawah
jajaran Komando Armada RI Kawasan Barat (Koarmabar) TNI AL, dengan menggelar
kegiatan Komunikasi Sosial dengan sejumlah elemen masyarakat.
Menurut
Komandan Lanal (Danlanal) Banten, Kolonel TNI, Dadang Somantri, kegiatan
Komunikasi sosial ini bertujuan untuk memberikan pemahaman tentang pentingnya
membangun ketahanan wilayah guna menghadapi ancaman nyata bangsa Indonesia saat
ini, yaitu proxy war. "Tidak hanya itu,
kegiatan ini juga memberikan pemahaman soal perlunya membangun kekuatan sosial
yang sinergitas antara TNI dengan rakyat," ujar Dadang, Senin (6/6).
Hal ini,
lanjut Dadang, tentu dapat merusak tatanan serta mempengaruhi pola pikir
masyarakat, terutama generasi muda. Tidak hanya itu, Dadang mengungkapkan, isu
tentang berkembangnya paham komunisme dan perederan narkoba sudah berada pada
tingkat yang mengkhawatirkan.
"Oleh
arena itu, kita harus bisa memperrat persatuan dan kesatuan. Kegiatan
Komunikasi Sosial ini diharapkan bisa mewujudkan komunikasi yang intensif
antara prajurit TNI, khususnya TNI AL, dengan komponen masyarakat dan aparat pemerintahan.
Sehingga akan terjalin hubungan emosional yang erat dan harmonis," tutur
Dadang.
Panglima TNI
Jenderal Gatot Nurmantyo dalam kurun setahun belakangan kerap mempopulerkan
istilah Proxy War (Perang Proksi) dan ini disebut-sebut sebagai ancaman
terbesar Indonesia di Abad ke-21.
Lalu apa
sebenarnya pengertian dari Proxy War, sehingga begitu dianggap sebagai ancaman
terbesar bagi Negara Indonesia?
Menurut
pengamat militer dari Universitas Pertahanan, Yono Reksodiprojo menyebutkan
Proxy War adalah istilah yang merujuk pada konflik di antara dua negara, di
mana negara tersebut tidak serta-merta terlibat langsung dalam peperangan
karena melibatkan ‘proxy’ atau kaki tangan.
Lebih lanjut
Yono mengatakan, Perang Proksi merupakan bagian dari modus perang asimetrik,
sehingga berbeda jenis dengan perang konvensional. Perang asimetrik bersifat
irregular dan tak dibatasi oleh besaran kekuatan tempur atau luasan daerah
pertempuran.
“Perang
proxy memanfaatkan perselisihan eksternal atau pihak ketiga untuk menyerang
kepentingan atau kepemilikan teritorial lawannya,” ujarnya.
Sementara
itu, Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu mengatakan, ancaman Perang
Proksi itu sangat berbahaya Indonesia karena negara lain yang memiliki
kepentingan tidak langsung berhadapan. Menurut Ryamizard, perang ini menakutkan
lantaran musuh tidak diketahui. Kalau melawan militer negara lain, musuh mudah
dideteksi dan bisa dilawan.
“Kalau
perang proksi, tahu-tahu musuh sudah menguasai bangsa ini. Kalau bom atom atau
nuklir ditaruh di Jakarta, Jakarta hancur, di Semarang tak hancur. Tapi, kalau
perang modern, semua hancur. Itu bahaya,” tuturnya.
Ryamizard
menambahkan, perang modern tidak lagi melalui senjata, melainkan menggunakan
pemikiran. “Tidak berbahaya perang alutsista, tapi yang berbahaya cuci otak
yang membelokkan pemahaman terhadap ideologi negara,” ucapnya.
Mengingat
Indonesia kaya akan sumber daya alam, maka negara ini disebut-sebut darurat
terhadap ancaman Proxy War. Kecemasan yang demikian dalam kurun setahun
terakhir telah dikemukakan oleh Panglima TNI.
Source :(https://maldifauzidwilaksono.wordpress.com/2017/03/29/proxy-war/)
Proxy War, Telah Mempecundangi Pemuda Indonesia ?
Kita Akan Memperingati hari sumpah pemuda yang ke-90 pada 28 Oktober
2018, sangat penting bagi kita untuk melihat dan membuka kembali
lembaran-lembaran kisah perjuangan bangsa Indonesia terutama perjuangan pemuda
kebanggan pemuda Indonesia kali ini. Para pemuda diseluruh penjuru
tanah air, memperingati dan merayakan peristiwa sakral itu dengan bangga
sambari membusung dada, karena hari ini adalah hari mereka, yang mengaku
memiliki jiwa muda. Hal ini sangat ironis, dan berbanding terbalik dengan
kondisi dan keadaan negara kita saat ini. Pemuda kita sekarang ini masih
tertinggal jauh jika dibandingkan dengan kaum muda angkatan 1928 tentang
semangat cinta tanah air dan patriotisme. Jika hal ini dibiarkan berlarut-larut
maka, penulis berkesimpulan bahwa beberapa tahun kedepan Indonesia bisa
terpecah seperti halnya Rusia dan Yugoslavia dahulu.
Indonesia harus berkaca kepada kedua negara ini. Indonesia harus sesegera
mungkin menyadarkan kaum mudanya agar respect terhadap masalah-masalah yang
terjadi dilingkungan sekitarnya. Indonesia bukan hanya pemerintah, Indonesia
bukan tokoh-tokoh tertentu, Indonesia bukan golongan-golongan tertentu, tetapi
Indonesia adalah kita semua. Kita semua yang lahir, bertumbuh dan berkembang di
bumi Indonesia hingga saat ini. Pertanyaannya, apa yang bisa kita lakukan?
Jawabanya jelas, berpegang teguh pada pancasila sebagai ideologi negara, dan
Undang-undang Dasar 1945 sebagai landasan konstitusionalnya.
Contoh Proxy
war di Dunia ( Suriah )
Presiden Suriah Bashar al-Assad mengatakan kepada
Sunday Times bahwa konflik Suriah dapat digambarkan sebagai antara ” Perang Dingin (proxy war antar super power)
dan Perang Dunia Ketiga”. “Rakyat Suriah sedang berjuang dengan dukungan internasional
yang minim”.
Presiden Suriah Bashar al-Assad mengatakan kepada
Sunday Times bahwa konflik Suriah dapat digambarkan sebagai antara ” Perang Dingin (proxy war antar super power)
dan Perang Dunia Ketiga”. “Rakyat Suriah sedang berjuang dengan dukungan
internasional yang minim”.
“Kami menyebutnya perang dunia, yaitu perang dunia
terhadap Suriah, yaitu antara Puluhan
negara melawan kami rakyat Suriah , Puluhan negara itu mengirim teroris, uang
dan logistic keteroris , sedangkan difihak kita hanya tentara dan kami rakyat Suriah, jadi kami sedang berjuang,” katanya dalam
wawancara yang dirilis pada hari Minggu.
Assad juga mencatat bahwa ia tidak melihat solusi
dalam jangka pendek, karena musuh kami adalah persekutuan yang kuat, dan mereka terus saja campur
tangan dalam situasi di Suriah. “Jika Anda bertanya kepada saya tentang solusi
politik, saya tidak tahu,” katanya. “Tidak ada yang mengusulkan apapun.”
“Kalau mau berbicara tentang solusi politik
sementara disisi lain ada dalangnya yaitu
Arab Saudi, Turki, Inggris, Amerika Serikat, dan Perancis sungguh tidak realistis. Inti dari masalah
adalah adanya negara-negara yang terus
saja ikut campur. Jika mereka berhenti, maka teroris akan lemah dan
meninggalkan Suriah atau dikalahkan, dan kemudian kita bisa duduk sebagai orang
Suriah dan berbicara tentang solusi “, Presiden Suriah menambahkan.
Melihat keadaan yang mengerikan ini, dukungan
militer dari Rusia adalah sangat penting, kata Assad.
“Perbedaan besarnya
adalah masalah senjata. Mereka (teroris) memiliki senjata dan kita tidak
memiliki, “katanya,
Sementara sekutu kami di wilayah ini telah memberikan bantuan yang
sudah lebih dari cukup. “Kami mendapat dukungan dari Hizbullah, tapi Lebanon
adalah negara yang hanya berpenduduk empat juta, sehingga akan makin menjadi
kecil. Ada juga beberapa dukungan dari Iran; tetapi mereka tidak mengirim
pasukan, mereka hanya mengirim petugas untuk membantu. ”
“Pada akhirnya kami berjuang melawan teroris yang mendapat dukungan tak terbatas
(dari negara2 itu) , mereka datang ke Suriah dan kami berjuang untuk melawan
mereka, untungnya persenjataan Rusia dan dukungan Iran telah banyak membantu,”
jelasnya.
Selama beberapa dekade, Rusia telah terbukti menjadi
sekutu setia dan dapat dipercaya untuk Suriah yang tidak memberikan tekanan
kepada Kami, kata Assad. “Tentu saja kita membuat keputusan. Militer Rusia
telah ada di Suriah selama enam dekade. Kebijakan mereka bertumpu pada dua
hal yaitu moral dan hukum internasional.
Sudut pandang mereka adalah : “Ini adalah negara Anda, Anda yang lebih tahu.”
Mereka tidak pernah mencoba untuk mengganggu kami karena mereka tidak ingin
apa-apa dari kami. Mereka tidak meminta kami untuk menjadi presiden boneka. ”
“Mereka (Rusia) juga tahu bahwa jika Suriah kalah
dalam perang melawan terorisme, terorisme
ini akan meluas ke Eropa, dan akan mempengaruhi juga Rusia dan semua orang di
dunia,” pungkasnya.
untuk mengatasi ancaman proxy war, ada beberapa
yang menjadi kekuatan untuk dipedomani dan dilaksanakan oleh seluruh masyarakat
dan elemen bangsa Indonesia yaitu mengamalkan Pancasila, revolusi mental,
restorasi sosial serta persatuan dan kesatuan bangsa. Dengan demikian akan terbentuk jati diri,
kepribadian bangsa Indonesia yang kuat
dan berwawasan kebangsaan. Pada akhirnya, dengan karakter individu yang kuat
tersebut, bangsa Indonesia akan mampu mengeliminir ancaman proxy war di
Indonesia.
Pengertian proxy war adalah perang terselubung di mana salah satu pihak menggunakan orang lain atau pihak ketiga untuk melawan musuh. Dengan kata lain, proxy war artinya perang tidak tampak menggunakan cara-cara halus untuk menghancurkan dan mengalahkan lawan menggunakan pihak ketiga.
Source :(https://maldifauzidwilaksono.wordpress.com/2017/03/29/proxy-war/)
Kita Akan Memperingati hari sumpah pemuda yang ke-90 pada 28 Oktober
2018, sangat penting bagi kita untuk melihat dan membuka kembali
lembaran-lembaran kisah perjuangan bangsa Indonesia terutama perjuangan pemuda
kebanggan pemuda Indonesia kali ini. Para pemuda diseluruh penjuru
tanah air, memperingati dan merayakan peristiwa sakral itu dengan bangga
sambari membusung dada, karena hari ini adalah hari mereka, yang mengaku
memiliki jiwa muda. Hal ini sangat ironis, dan berbanding terbalik dengan
kondisi dan keadaan negara kita saat ini. Pemuda kita sekarang ini masih
tertinggal jauh jika dibandingkan dengan kaum muda angkatan 1928 tentang
semangat cinta tanah air dan patriotisme. Jika hal ini dibiarkan berlarut-larut
maka, penulis berkesimpulan bahwa beberapa tahun kedepan Indonesia bisa
terpecah seperti halnya Rusia dan Yugoslavia dahulu.
Indonesia harus berkaca kepada kedua negara ini. Indonesia harus sesegera
mungkin menyadarkan kaum mudanya agar respect terhadap masalah-masalah yang
terjadi dilingkungan sekitarnya. Indonesia bukan hanya pemerintah, Indonesia
bukan tokoh-tokoh tertentu, Indonesia bukan golongan-golongan tertentu, tetapi
Indonesia adalah kita semua. Kita semua yang lahir, bertumbuh dan berkembang di
bumi Indonesia hingga saat ini. Pertanyaannya, apa yang bisa kita lakukan?
Jawabanya jelas, berpegang teguh pada pancasila sebagai ideologi negara, dan
Undang-undang Dasar 1945 sebagai landasan konstitusionalnya.
Presiden Suriah Bashar al-Assad mengatakan kepada
Sunday Times bahwa konflik Suriah dapat digambarkan sebagai antara ” Perang Dingin (proxy war antar super power)
dan Perang Dunia Ketiga”. “Rakyat Suriah sedang berjuang dengan dukungan internasional
yang minim”.
Presiden Suriah Bashar al-Assad mengatakan kepada
Sunday Times bahwa konflik Suriah dapat digambarkan sebagai antara ” Perang Dingin (proxy war antar super power)
dan Perang Dunia Ketiga”. “Rakyat Suriah sedang berjuang dengan dukungan
internasional yang minim”.
“Kami menyebutnya perang dunia, yaitu perang dunia
terhadap Suriah, yaitu antara Puluhan
negara melawan kami rakyat Suriah , Puluhan negara itu mengirim teroris, uang
dan logistic keteroris , sedangkan difihak kita hanya tentara dan kami rakyat Suriah, jadi kami sedang berjuang,” katanya dalam
wawancara yang dirilis pada hari Minggu.
Assad juga mencatat bahwa ia tidak melihat solusi
dalam jangka pendek, karena musuh kami adalah persekutuan yang kuat, dan mereka terus saja campur
tangan dalam situasi di Suriah. “Jika Anda bertanya kepada saya tentang solusi
politik, saya tidak tahu,” katanya. “Tidak ada yang mengusulkan apapun.”
“Kalau mau berbicara tentang solusi politik
sementara disisi lain ada dalangnya yaitu
Arab Saudi, Turki, Inggris, Amerika Serikat, dan Perancis sungguh tidak realistis. Inti dari masalah
adalah adanya negara-negara yang terus
saja ikut campur. Jika mereka berhenti, maka teroris akan lemah dan
meninggalkan Suriah atau dikalahkan, dan kemudian kita bisa duduk sebagai orang
Suriah dan berbicara tentang solusi “, Presiden Suriah menambahkan.
Melihat keadaan yang mengerikan ini, dukungan
militer dari Rusia adalah sangat penting, kata Assad.
“Perbedaan besarnya
adalah masalah senjata. Mereka (teroris) memiliki senjata dan kita tidak
memiliki, “katanya,
Sementara sekutu kami di wilayah ini telah memberikan bantuan yang
sudah lebih dari cukup. “Kami mendapat dukungan dari Hizbullah, tapi Lebanon
adalah negara yang hanya berpenduduk empat juta, sehingga akan makin menjadi
kecil. Ada juga beberapa dukungan dari Iran; tetapi mereka tidak mengirim
pasukan, mereka hanya mengirim petugas untuk membantu. ”
“Pada akhirnya kami berjuang melawan teroris yang mendapat dukungan tak terbatas
(dari negara2 itu) , mereka datang ke Suriah dan kami berjuang untuk melawan
mereka, untungnya persenjataan Rusia dan dukungan Iran telah banyak membantu,”
jelasnya.
Selama beberapa dekade, Rusia telah terbukti menjadi
sekutu setia dan dapat dipercaya untuk Suriah yang tidak memberikan tekanan
kepada Kami, kata Assad. “Tentu saja kita membuat keputusan. Militer Rusia
telah ada di Suriah selama enam dekade. Kebijakan mereka bertumpu pada dua
hal yaitu moral dan hukum internasional.
Sudut pandang mereka adalah : “Ini adalah negara Anda, Anda yang lebih tahu.”
Mereka tidak pernah mencoba untuk mengganggu kami karena mereka tidak ingin
apa-apa dari kami. Mereka tidak meminta kami untuk menjadi presiden boneka. ”
“Mereka (Rusia) juga tahu bahwa jika Suriah kalah
dalam perang melawan terorisme, terorisme
ini akan meluas ke Eropa, dan akan mempengaruhi juga Rusia dan semua orang di
dunia,” pungkasnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar