Kamis, 07 Juni 2018

PROXY WAR !?

Pengertian proxy war adalah perang terselubung di mana salah satu pihak menggunakan orang lain atau pihak ketiga untuk melawan musuh. Dengan kata lain, proxy war artinya perang tidak tampak menggunakan cara-cara halus untuk menghancurkan dan mengalahkan lawan menggunakan pihak ketiga.

Contohnya begini : Amerika Serikat secara terselubung melalui sebuah konspirasi dan desain besar menyatakan perang kepada Indonesia. Namun, hal itu dirahasiakan dan tidak dinyatakan secara terbuka. Mereka memilih untuk perang dengan cara proxy menggunakan “orang lain”.

Orang lain (pihak ketiga) yang dimaksud, bisa berupa negara lainnya, seperti Singapura, Malaysia, Australia, dan sebagainya. Selain negara, pihak ketiga bisa jadi sebuah organisasi (NGO), pergerakan, partai dan lain sebagainya.

Contoh dari pihak ketiga selain negara, seperti ISIS, organisasi terorisme atas Mujahidin dan sebagainya. Mereka kemudian bergerilya atas nama jihad atau agama, padahal mereka dibiayai Amerika.

Akibatnya, Indonesia dijajah secara tak kasat mata yang berujung pada kerusuhan, bentrok, ketidakamanan, bahkan sampai pada penjajahan sumber daya alam (SDA) berupa penguasaan tambang emas, gas, minyak mentah, kelapa sawit, dan masih banyak lagi lainnya.

Meski tidak dijajah secara fisik-nyata, tetapi Amerika atau Asing berhasil menjajah bangsa dan negara Indonesia melalui proxy war. Dalam khasanah kosakata bahasa Jawa, istilah perang proxy artinya “nabok nyilih tangan.”


Kemudian, Universitas Indonesia pada 10 Maret 2014 menyebutkan beberapa bentuk kondisi jika Indonesia telah menjadi bahan proxy war:
1.       Menjadikan Indonesia menjadi pasar produk pihak asing
2.       Menghambat perkembangan SDM dan teknologi Indonesia agar kalah saing di mata global
3.       Pihak asing melakukan investasi besar-besaran di Indonesia
4.       Menciptakan kelompok teroris di Indonesia
5.       Memecah belah pemuda Indonesia dengan budaya konsumtif



Ini Cara Personel TNI Antisipasi Ancaman Proxy War.

Panglima TNI Jenderal TNI Gatot Nurmantyo memeriksa ribuan personel TNI saat upacara serah terima Alih Kodal Pasukan Pemukul Reaksi Cepat (PPRC) TNI di Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta, Kamis (3/3).

Dalam menghadapi ancaman proxy war yang dapat mengganggu keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), perlu ada sosialisasi dan pemberian pemahaman tentang pembangunan ketahanan wilayah. Hal inilah yang dilakukan Pangkalan TNI AL (Lanal) Banten, yang berada di bawah jajaran Komando Armada RI Kawasan Barat (Koarmabar) TNI AL, dengan menggelar kegiatan Komunikasi Sosial dengan sejumlah elemen masyarakat.
Menurut Komandan Lanal (Danlanal) Banten, Kolonel TNI, Dadang Somantri, kegiatan Komunikasi sosial ini bertujuan untuk memberikan pemahaman tentang pentingnya membangun ketahanan wilayah guna menghadapi ancaman nyata bangsa Indonesia saat ini, yaitu proxy war. "Tidak hanya itu, kegiatan ini juga memberikan pemahaman soal perlunya membangun kekuatan sosial yang sinergitas antara TNI dengan rakyat," ujar Dadang, Senin (6/6).
Hal ini, lanjut Dadang, tentu dapat merusak tatanan serta mempengaruhi pola pikir masyarakat, terutama generasi muda. Tidak hanya itu, Dadang mengungkapkan, isu tentang berkembangnya paham komunisme dan perederan narkoba sudah berada pada tingkat yang mengkhawatirkan. 
"Oleh arena itu, kita harus bisa memperrat persatuan dan kesatuan. Kegiatan Komunikasi Sosial ini diharapkan bisa mewujudkan komunikasi yang intensif antara prajurit TNI, khususnya TNI AL, dengan komponen masyarakat dan aparat pemerintahan. Sehingga akan terjalin hubungan emosional yang erat dan harmonis," tutur Dadang.


Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo dalam kurun setahun belakangan kerap mempopulerkan istilah Proxy War (Perang Proksi) dan ini disebut-sebut sebagai ancaman terbesar Indonesia di Abad ke-21.
Lalu apa sebenarnya pengertian dari Proxy War, sehingga begitu dianggap sebagai ancaman terbesar bagi Negara Indonesia?
Menurut pengamat militer dari Universitas Pertahanan, Yono Reksodiprojo menyebutkan Proxy War adalah istilah yang merujuk pada konflik di antara dua negara, di mana negara tersebut tidak serta-merta terlibat langsung dalam peperangan karena melibatkan ‘proxy’ atau kaki tangan.
Lebih lanjut Yono mengatakan, Perang Proksi merupakan bagian dari modus perang asimetrik, sehingga berbeda jenis dengan perang konvensional. Perang asimetrik bersifat irregular dan tak dibatasi oleh besaran kekuatan tempur atau luasan daerah pertempuran.
“Perang proxy memanfaatkan perselisihan eksternal atau pihak ketiga untuk menyerang kepentingan atau kepemilikan teritorial lawannya,” ujarnya.
Sementara itu, Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu mengatakan, ancaman  Perang Proksi itu sangat berbahaya Indonesia karena negara lain yang memiliki kepentingan tidak langsung berhadapan. Menurut Ryamizard, perang ini menakutkan lantaran musuh tidak diketahui. Kalau melawan militer negara lain, musuh mudah dideteksi dan bisa dilawan.
“Kalau perang proksi, tahu-tahu musuh sudah menguasai bangsa ini. Kalau bom atom atau nuklir ditaruh di Jakarta, Jakarta hancur, di Semarang tak hancur. Tapi, kalau perang modern, semua hancur. Itu bahaya,” tuturnya.
Ryamizard menambahkan, perang modern tidak lagi melalui senjata, melainkan menggunakan pemikiran. “Tidak berbahaya perang alutsista, tapi yang berbahaya cuci otak yang membelokkan pemahaman terhadap ideologi negara,” ucapnya.
Mengingat Indonesia kaya akan sumber daya alam, maka negara ini disebut-sebut darurat terhadap ancaman Proxy War. Kecemasan yang demikian dalam kurun setahun terakhir telah dikemukakan oleh Panglima TNI.
Source :(https://maldifauzidwilaksono.wordpress.com/2017/03/29/proxy-war/)

Proxy War, Telah Mempecundangi Pemuda Indonesia ?
Kita Akan Memperingati hari sumpah pemuda yang ke-90 pada 28 Oktober 2018, sangat penting bagi kita untuk melihat dan membuka kembali lembaran-lembaran kisah perjuangan bangsa Indonesia terutama perjuangan pemuda kebanggan pemuda Indonesia kali ini.  Para pemuda diseluruh penjuru tanah air, memperingati dan merayakan peristiwa sakral itu dengan bangga sambari membusung dada, karena hari ini adalah hari mereka, yang mengaku memiliki jiwa muda. Hal ini sangat ironis, dan berbanding terbalik dengan kondisi dan keadaan negara kita saat ini. Pemuda kita sekarang ini masih tertinggal jauh jika dibandingkan dengan kaum muda angkatan 1928 tentang semangat cinta tanah air dan patriotisme. Jika hal ini dibiarkan berlarut-larut maka, penulis berkesimpulan bahwa beberapa tahun kedepan Indonesia bisa terpecah seperti halnya Rusia dan Yugoslavia dahulu.
Indonesia harus berkaca kepada kedua negara ini. Indonesia harus sesegera mungkin menyadarkan kaum mudanya agar respect terhadap masalah-masalah yang terjadi dilingkungan sekitarnya. Indonesia bukan hanya pemerintah, Indonesia bukan tokoh-tokoh tertentu, Indonesia bukan golongan-golongan tertentu, tetapi Indonesia adalah kita semua. Kita semua yang lahir, bertumbuh dan berkembang di bumi Indonesia hingga saat ini. Pertanyaannya, apa yang bisa kita lakukan? Jawabanya jelas, berpegang teguh pada pancasila sebagai ideologi negara, dan Undang-undang Dasar 1945 sebagai landasan konstitusionalnya.



Contoh Proxy war di Dunia ( Suriah )

Presiden Suriah Bashar al-Assad mengatakan kepada Sunday Times bahwa konflik Suriah dapat digambarkan sebagai antara  ” Perang Dingin (proxy war antar super power) dan Perang Dunia Ketiga”. “Rakyat Suriah sedang berjuang dengan dukungan internasional yang minim”.



Presiden Suriah Bashar al-Assad mengatakan kepada Sunday Times bahwa konflik Suriah dapat digambarkan sebagai antara  ” Perang Dingin (proxy war antar super power) dan Perang Dunia Ketiga”. “Rakyat Suriah sedang berjuang dengan dukungan internasional yang minim”.



“Kami menyebutnya perang dunia, yaitu perang dunia terhadap Suriah, yaitu antara  Puluhan negara melawan kami rakyat Suriah , Puluhan negara itu mengirim teroris, uang dan logistic keteroris , sedangkan difihak kita hanya  tentara dan kami rakyat Suriah, jadi  kami sedang berjuang,” katanya dalam wawancara yang dirilis pada hari Minggu.

Assad juga mencatat bahwa ia tidak melihat solusi dalam jangka pendek, karena musuh kami adalah persekutuan  yang kuat, dan mereka terus saja campur tangan dalam situasi di Suriah. “Jika Anda bertanya kepada saya tentang solusi politik, saya tidak tahu,” katanya. “Tidak ada yang mengusulkan apapun.”


“Kalau mau berbicara tentang solusi politik sementara disisi lain ada dalangnya yaitu  Arab Saudi, Turki, Inggris, Amerika Serikat, dan Perancis  sungguh tidak realistis. Inti dari masalah adalah adanya  negara-negara yang terus saja ikut campur. Jika mereka berhenti, maka teroris akan lemah dan meninggalkan Suriah atau dikalahkan, dan kemudian kita bisa duduk sebagai orang Suriah dan berbicara tentang solusi “, Presiden Suriah menambahkan.

Melihat keadaan yang mengerikan ini, dukungan militer dari Rusia adalah sangat penting, kata Assad.

“Perbedaan besarnya  adalah masalah senjata. Mereka (teroris) memiliki senjata dan kita tidak memiliki, “katanya,

Sementara sekutu kami  di wilayah ini telah memberikan bantuan yang sudah lebih dari cukup. “Kami mendapat dukungan dari Hizbullah, tapi Lebanon adalah negara yang hanya berpenduduk empat juta, sehingga akan makin menjadi kecil. Ada juga  beberapa dukungan  dari Iran; tetapi mereka tidak mengirim pasukan, mereka hanya mengirim petugas untuk membantu. ”

“Pada akhirnya kami berjuang melawan  teroris yang mendapat dukungan tak terbatas (dari negara2 itu) , mereka datang ke Suriah dan kami berjuang untuk melawan mereka, untungnya persenjataan Rusia dan dukungan Iran telah banyak membantu,” jelasnya.

Selama beberapa dekade, Rusia telah terbukti menjadi sekutu setia dan dapat dipercaya untuk Suriah yang tidak memberikan tekanan kepada Kami, kata Assad. “Tentu saja kita membuat keputusan. Militer Rusia telah ada di Suriah selama enam dekade. Kebijakan mereka bertumpu pada dua hal  yaitu moral dan hukum internasional. Sudut pandang mereka adalah : “Ini adalah negara Anda, Anda yang lebih tahu.” Mereka tidak pernah mencoba untuk mengganggu kami karena mereka tidak ingin apa-apa dari kami. Mereka tidak meminta kami untuk menjadi presiden boneka. ”

“Mereka (Rusia) juga tahu bahwa jika Suriah kalah dalam  perang melawan terorisme, terorisme ini akan meluas ke Eropa, dan akan mempengaruhi juga Rusia dan semua orang di dunia,” pungkasnya.



Kesimpulan Yang Harus Kita Pahami Terhadap Proxy War
untuk mengatasi ancaman proxy war, ada beberapa yang menjadi kekuatan untuk dipedomani dan dilaksanakan oleh seluruh masyarakat dan elemen bangsa Indonesia yaitu mengamalkan Pancasila, revolusi mental, restorasi sosial serta persatuan dan kesatuan bangsa.   Dengan demikian akan terbentuk jati diri, kepribadian bangsa  Indonesia yang kuat dan berwawasan kebangsaan. Pada akhirnya, dengan karakter individu yang kuat tersebut, bangsa Indonesia akan mampu mengeliminir ancaman proxy war di Indonesia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar